Minggu, 10 Oktober 2010

Keberagamaan Siswa Kita


Madrasah. Adalah sebuah kata yang terkandung makna di dalamnya  pembelajaran keislaman. Siswa madrasah selalu dianggap memiliki nilai lebih dalam hal agama. Tentu saja nilai keagamaan tersebut (seharusnya) juga tercermin dalam perilaku dalam kehidupan para siswa tersebut.  Karena itu, dalam kesempatan lomba keagamaan antarpelajar, siswa madrasah tidak masuk dalam kriteria peserta. Siswa madrasah  pasti memiliki tingkat keberagamaan yang lebih dari siswa sekolah umum.  Benarkah pendapat tersebut?
Benar, kurikulum pelajarana agama di madrasah 8 jam lebih banyak dari pada sekolah umum. Pelajaran PAI, Quran-Hadits, Akidah-Akhlak, Fikih, SKI, dan bahasa Arab adalah pelajaran agama semua tingkat di madrasah. Sedangkan pelajaran agama di sekolah umum hanya 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Perbedaan jumlah jam tersebut seharusnya juga berakibat hasil yang berbeda juga. Namun kenyataannya apakah demikian?
Sekedar potret keberagamaan siswa di suatu tempat di Gunungkidul.
Ada MTsN yang berdekatan dengan SMPN. Keduanya memiliki siswa yang hampir sama banyaknya. Guru pun demikian.  Sarana pendidikan  tidak jauh berbeda. Intinya kedua lembaga pendidikan tersebut hanya berbeda nama dan kelembagaannya. Ketika kita melihat keberagamaannya, ternyata berbeda. Lebih religius mana? Madrasah atau sekolah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar